Bangka Barat--Aktivitas tambang ilegal di perairan Teluk Inggris, Kabupaten Bangka Barat, kembali memicu protes keras dari para nelayan. Puluhan ponton isap produksi (PIP) disebut merusak alat tangkap nelayan dan beroperasi secara terorganisir pada malam hari untuk menghindari pengawasan.
Kerugian Mencapai Jutaan Rupiah
Keluhan para nelayan ini terungkap melalui rekaman suara dan video visual yang beredar di grup WhatsApp.
Dalam rekaman itu, seorang nelayan mengungkapkan bahwa PIP mulai beroperasi sejak tengah malam hingga dini hari, tepat di jalur pemasangan jaring nelayan tradisional. Akibatnya, banyak jaring pukat nelayan putus dan rusak.
Para nelayan dari Desa Tanjung Ular dan Kampung Masam mengaku mengalami kerugian material hingga jutaan rupiah.
Tidak hanya alat tangkap yang rusak atau hilang, ikan yang sudah terperangkap di jaring pun ikut lepas. "Waktu, tenaga, dan uang untuk beli solar semua habis percuma," keluh salah satu nelayan.
Desak Aparat Bertindak Tegas
Persatuan Nelayan Mentok menyatakan akan segera melayangkan surat terbuka kepada Kapolres Bangka Barat.
Mereka mendesak aparat penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku penambangan ilegal tersebut.
"Kami sudah sangat resah, Ini bukan pertama kali terjadi,Kami minta aparat tidak tinggal diam.
Kalau tidak segera ditindak, bisa memicu konflik horizontal," ujar Ketua Persatuan Nelayan Mentok.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait laporan nelayan.
Para nelayan berharap laporan mereka segera ditindaklanjuti sebelum kerusakan lingkungan dan kerugian semakin meluas.
(tim)